Minggu, 26 Juni 2022

Analisis langkah pemerintah dalam mengurangi resiko bencana

 

Sesuai dengan artikel diatas, banjir rob yang terjadi di semarang, jawa tengah tidak hanya terjadi sekali. pemerintah kota semarang mengaharapkan 5 proyek yang dapat mengurangi resiko banjir diatas. 

"Sebanyak dua dari lima proyek itu adalah pembangunan Tol Semarang - Demak dan Harbour Tol Semarang - Kendal. Kedua jalan tol tersebut akan berfungsi sebagai tanggul laut. Selain itu akan ada pembangunan tanggul laut di sepanjang pesisir Tambak Lorok, Kota Semarang yang diproyeksikan akan selesai 2023. Proyek lain adalah peninggian elevasi Jalan Arteri Yos Sudarso untuk melindungi wilayah pusat kota dan penanganan tanggul yang ada dalam wilayah Pelabuhan Nasional Tanjung Emas" 

- Dikutip dari artikel kompas.com

Setelah ditelurusi banjir dan genangan di kota Semarang terjadi akibat topografi daerah yang memang daerah dataran yang mengalami land subsidence (penurunan tanah). selain itu sisi bagian selatan kota merupakan daerah pegunungan yang begitu dekat. hal ini menjadikan masyarakat resiko bencana. seringnya terjadi banjir terdapat dua hal. 1) kiriman air dari hulu, 2) air rob dari laut.  

Langkah pemerintah kota semarang ini sudah cukup baik. namun, ini fokusnya hanyalah mengatasi masalah resiko banjir yang dari laut. sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh budinetro, dkk. dalam penelitiannya mengenai STRATEGI PENGENDALIAN BANJIR KOTA SEMARANG. beliau memaparkan bahwa Penanggulangan banjir dan rob di Kota Semarang bagian Utara dengan dam lepas pantai (DLP) Tipe Semi Terbuka pada Banjir Kanal Timur (BKT) dan Banjir Kanal Barat (BKB), dan Pelabuhan dengan Kombinasi Polder dan Tanggul Laut, adalah metode penggulangan banjir struktural yang hasil langsung dapat dinikmati masyarakat Semarang, tetapi untuk keberlanjutannya tetap diperlukan metode penggulangan banjir non-struktural, yang memerlukan keterlibatan masyarakat. 

selain itu pemerintah seharusnya juga menyiapkan kemungkinan banjir kiriman dari hulu. resiko ini juga cukup tinggi hal ini bisa di wujudkan dengan pembangunan dam pengendali banjir, normalisasi sungai, dan tanggul banjir.  

___________________________________________________________________________________

Pustaka:

Budinetro, H. S., Rahayu, S., Praja, T. A., Junarsa, D., & Taufiq, A. (2012). STRATEGI PENGENDALIAN BANJIR KOTA SEMARANG

___________________________________________________________________________________

UAS Masyarakat resiko

Puja Agung Dewantoro

19413241040

B/2019 

Share:

Senin, 04 April 2022

Pentingnya penanaman pengetahuan mengenai Mitigasi dan Manajemen Bencana pada masyarakat

 

Nama   : Puja Agung Dewantoro

NIM    : 19413241040


Indonesia merupakan negara dengan kejadian bencana alam yang sering terjadi pada berbagai wilayahnya. Jenis bencana yang terjadi pun dapat sangan bervariatif, sesuai dengan lingkungan di sekitarnya. Bencana alam ini tentu saja menimbulkan berbagai permasalahan dan kerugian setelahnya yang tidak sedikit. korban jiwa, rusak dan hilangnya harta, rusaknya infrastruktur, lingkungan hidup rusak, dan trauma bagi korban yang berhasil selamat.

Bencana ini jika kita terus saja merespon Ketika sudah terjadi, maka akan terus mengalami kerugian. Maka dari itu untuk mengurangi resiko dampak bencana alam telah di atur dalam undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penganggulangan Bencana. Undang-undang ini telah membawa perubahan paradigma dalam pengelolaan bencana di Indonesia. Paradigma yang dahulu lebih bersifat responsif atau tanggap darurat dalam menangani bencana sekarang diubah menjadi suatu kegiatan bersifat preventif, sehingga risikonya dapat diminimalisir (mitigasi) (Faturahman, 2018).

Mitigasi bencana bukan hanya peran yang dilakukan pemerintah saja, seluruh masyarakat Indonesia dapat berperan dalam mitigasi bencana. Untuk dapat melakukan mitigasi bencana perlu adanya manajemen mitigasi bencana. Menurut Nuraeni dkk. Dalam mitigasi bencana dilakukan dengan dua pendekatan: (1) pendekatan struktural merupakan upaya mitigasi bencana melalui pembangunan prasarana fisik dan pemanfaatan teknologi; (2) pendekatan non-struktural merupakan upaya mitigasi bencana melalui pembuatan kebijakan atau peraturan tertentu. Pendekatan non-struktural dapat juga dilakukan dengan kegiatan partisipasi dari masyarakat dalam menghadapi bencana, dipercaya memiliki pengaruh positif dalam mitigasi bencana (Nuraeni, Mujiburrahman, & Hariawan, 2020).

Melalui pendekatan non-struktural dengan kebijakan penanaman mitigasi bencana dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Penanaman kepada masyarakat dapat dimulai dari lingkungan sekolah. Pendidikan bencana khususnya pada kelompok paling rentan (anak-anak) adalah suatu keharusan. Dalam penelitian oleh yudiawan Tahapan dalam mengelola bencana dapat dikelompokkan kedalam 6 tahapan antara lain: 1) Tahap prabencana; 2) Tahap peringatan dan ancaman bencana; 3) Kejadian bencana dan dampaknya; 4) Tanggap darurat; 5) Tahap rekonstruksi; 6) Tahap pembelajaran bencana. (Yudiawan, 2020)

Pada tahap prabencana siswa usia sekolah hingga usia produktif perlu diberi penanaman mengenai mitigasi bencana, mengenali gejala bencana, dan mengatasinya. Hal ini dapat memberikan pengurangan dampak terjadinya bencana. Kelebihan lain jika masyarakat sudah menyadari akan mitigasi bencana adalah kearifan lokal yang melekat. Seperti yang kita tahu, lingkungan di sekitar bergantung pada kebiasaan masyarakatnya. Kearifan yang melekat pada masyarakat, lingkungan yang cukup di kenali sangat membantu Ketika evakuasi maupun kalkulasi. Pengetahuan lokal yang lebih di ketahui masyarakat akan sangat membantu petugas Ketika sebelum, selama, dan pasca bencana. Hakikat dari pengurangan resiko bencana adalah konsep dan praktik melalui upaya sistemaits untuk menganalisis dan mengurangi faktor penyebab bencana. (nazzaruddin, rahman, & Muzayin, 2020)

Itulah pentingnya menanamkan ilmu mengenai kebencanaan pada masyarakat. Dimulai dari satuan terkecil yaitu Pendidikan anak hingga masyarakat luas yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Dengan ini pemerintah dapat lebih ringan dalam menghadapi bencana dan masyarakat siap Ketika suatu bencana dating secara tiba-tiba.

Referensi

Faturahman, B. M. (2018). KONSEPTUALISASI MITIGASI BENCANA MELALUI PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK. PUBLISIA: Jurnal Ilmu Administrasi Publik , 122.

nazzaruddin, rahman, a., & Muzayin. (2020). Book Series Manajemen Bencana Volume 1: Pengetahuan dan Praktik Lokal untuk pengurangan risiko bencana. banda aceh: Syiah Kuala University press.

Nuraeni, N., Mujiburrahman, M., & Hariawan, R. (2020). Manajemen Mitigasi Bencana pada Satuan Pendidikan Anak Usia. Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pendidikan:, 68-79.

Yudiawan, A. (2020). MITIGASI BENCANA:. Pratama Widya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 112-124.

 

 

Share: